Berikut ini adalah beberapa diantaranya.
1. PULAU KEMBANG OBJEK WISATA KALSEL
Banjarmasin, 18/4 (ANTARA)- Sekelompok pemuda bersorak sorai di hamparan ribuan hektare rawa monoton, Desa Bararawa, Kecamatan Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Propinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Seorang pemuda bertindak sebagai joki, menunggang seekor kerbau besar di hamparan lahan berrawa-rawa tersebut, sementara yang lain juga melakukan hal serupa seraya memacu sekencangnya lari kerbau yang ditunggangnya saat perlombaan kerbau di lokasi desa sentra peternakan kerbau rawa tersebut.
Perlombaan kerbau rawa itu persis seperti perlombaan atau atraksi karapan sapi di Madura, tetapi lomba karapan sapi di lahan kering atau lapangan luas sementara lomba kerbau rawa di hamparan berair yang penuh dengan tanaman rawa.
Dalam lomba yang seringpula didatangi ribuan penonton tersebut tampaknya sebagai arena kompetisi antar desa di wilayah penghasil daging ternak terbesar Kalsel itu.
Tak jarang dalam kegiatan lomba yang merupakan hiburan segar bagi masyarakat yang bermata pencariannya bertani, menangkap ikan, dan beternak itu dihadiri pejabat bukan sebatas camat, dan bupati, tetapi seringpula dihadiri gubernur Kalsel.
“Lomba kerbau rawa merupakan objek wisata tahunan Kalsel yang terus dipopulerkan guna mendukung kunjungan wisata ke daerah ini,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalsel, Bihman Muliansyah.
Lomba kerbau rawa tersebut, biasanya diselanggarakan pada setiap perayaan hari kemerdekaan RI, di lokasi yang sudah disediakan di kawasan tersebut, sehingga bagi turis mudah melihat atraksi lomba kerbau rawa itu.
Tetapi, bukan hanya atraksi lomba kerbau rawa yang menjadi daya pikat wisatawan khususnya wisatawan mancanegara ke daerah itu, yang menarik mereka jusru menyaksikan usaha peternakan kerbau itu yang dinilai rada unik.
Oleh karena itu, seringkali paket wisata kunjungan wisatawan selama di Kalsel selalu dikaitkan dengan lokasi peternakan kerbau rawa ini, seperti rute pendulangan intan tradisional, pasar permata, lalu Museum Lambung Mangkurat, Pasar Terapung Banjarmasin, Pulau kaget (pulau dihuni bekantan/nasalis larvatus).
Setelah itu, wisatawan baru diajak ke lokasi kerbau rawa Danau Panggang yang lalu menuju ke Pegunungan Meratus menyaksikan komunitas suku Dayak Meratus, pulangnya berarung jeram menyusuri Sungai Amandit, dan terakhir kembali ke Banjarmasin.
Berdasarkan catatan, kerbau rawa (Bubalus carabanensis) yang pula disebut sebagai kerbau (hadangan) kalang, karena kehidupan kerbau-kerbau ini berada di atas kalang di atas rawa.
Kalang terbuat dari kayu-kayu besar yang disusun di tengah rawa untuk berteduhnya ternak besar ini, setelah berenang ke sana-kemari seharian di air dalam rawa untuk mencari makan.
Sebuah kalang yang dibangun para peternak masyarakat Danau Panggang ini bisanya mampu menampung antara puluhan hingga ratusan ekor kerbau.
Kerbau rawa merupakan aset asli atau plasma nutfah Kalsel, yang sudah beranak pinak atau berkembang biak di hamparan rawa seluas 2,6 juta hektare yang tersebar di lima kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Hulu Sungai Tengah (HST), Hulu Sungai Selatan (HSS), Banjar, dan Kabupaten Barito Kuala (Batola).
Tidak ada yang tahu persis asal usul kerbau rawa yang terbilang berbadan besar bila dibandingkan kerbau yang hidup di daratan ini, namun keberadaan kerbau itu sudah ada dari genereasi ke generasi.
Menurut Kepala Dinas Peternakan Kalsel, Ir Maskamian Andjam kepada wartawan saat berada di kantor Gubernur Kalsel, Banjarmasin pada tahun 2000 lalu populasi hewan ini tercatat 11.605 ekor kemudian berkembang tahun 2004 lalu menjadi 38.488 ekor.
Populasi kerbau rawa terbanyak berada di Kecamatan Danau Panggang HSU yang meliputi tujuh desa sentra peternakan, yakni desa Palbatu, Bararawa, Sapala, Peminggir, Ambahai, Tapus Dalam, dan Desa Danau Cermin dengan total populasi di kawasan itu sekitar 8000 ekor.
Pada tahun 2002 dari 8000 ekor di tujuh desa tersebut dimiliki oleh 215 orang peternak, dengan tingkat kepemilikan antara 50 hingga 100 ekor per orang dengan luas pengembalaan di kawasan rawa itu sekitar 61 ribu hektare dan 41 ribu diantara berupa rawa monoton berair dalam atau berupa danau.
Kerbau rawa biasanya hidup secara berkelompok, satu kelompok biasanya terdapat antara satu atau dua penggembala (peternak) yang tindak tanduk peternak tersebut sangat di patuhi kerbau-kerbau besar ini.
Jenis kerbau ini dengan spesifik tanduk yang melingkar panjang ke belakang, warna abu-abu coklat, dengan bentuk tubuh yang gempal, padat, dan berisi yang membuktikan bahwa kerbau rawa dengan mikroba rumen yang dimilikinya mampu mengubah makanan berkualitas rendah berupa rumput rawa menjadi daging.
Berat kerbau ini berumur satu tahun sudah 195-200 kilogram, panjang badan 95,4-97,6 CM, dan lingkar dada 135,7-138,4 CM.
Saat dewasa atau berusia tiga tahun kerbau itu memiliki 400-500 kilogram, dengan tinggi gumba 122,1-123,0 CM, panjang badan 128-138 CM, dan lingkar dada 174,6-177 CM.
Bahkan ada kerbau rawa besar yang disebut atau berstatus “majir” pernah mencapai berat badan 600 kilogram, kata Maskaiman Andjam.
Kerbau ini melahirkan anak setiap 400-500 hari (calving interval) dengan bobot lahir 28 kilogram. Kerbau rawa memasuki usia produktif saat berusia 15 tahun, dengan tingkat produksi susu cukup tinggi sehingga perkembangam anaknya begitu cepat.
Akhmad Arifin yang seorang pemandu wisata Kalsel menuturkan untuk memancing wisatawan datang ke peternakan kerbau rawa tersebut setiap pemandu harus bisa menceritakan keunikan kerbau tersebut.
Keunikan kerbau itu selain memang badannya besar, hidupnya berenang ke sana kemari di atas air rawa, hidup di atas kalangan jauh dari pemukiman penduduk, juga hanya ada di daerah rawa Kalsel dan sulit ditemui di daerah lain, biasanya setelah mendengar keunikan itu wisatawan khususnya yang memiliki perhatian terhadap binatang pasti minta di antarkan ke lokasi tersebut.
Di lokasi peternakan. para wisatawan biasanya serius menyaksikan sistem peternakan yang dinilai benar-benar alamiah tanpa sentuhan tekhnologi itu
“Wisatawan dengan menggunakan kamera biasanya membidik-bidik lokasi kalang sebagai tempat berteduh kerbau di malam hari, serta kelompok kerbau yang berenang di atas air di kawasan tersebut.” kata Akhmad Arifin.
Akhmad Arifin sendiri berharap dalam pengembangan peternakan kerbau ini bukan semata menambah pupulasi ternak, tetapi bagaimana lokasi peternakan ini menjadi daya pikat wisatawan dengan mempertahankan lomba kerbau rawanya, ditambah akses ke lokasi itu yang dipermudah.
Bila semua itu lebih diperhatikan baik oleh Pemprop Kalsel maupun Pemkab HSU maka lokasi peternakan kerbau rawa kian dikenal sebagai objek agrowisata andalan Kalsel.
Bagi pendatang ke Banjarmasin rasanya kurang lengkap kalau tidak
mengunjungi Pulau Kembang di tengah Sungai Barito pinggiran Kota, dimana
terdapat sekitar dua ribu ekor kera jinak.
Untuk mencapai pulau kembang yang merupakan delta tersebut cukup gampang cukup naik klotok sekitar setengah jam dari kota sudah sampai ke tujuan, disana pengunjung bisa bercanda dengan kera jinak atau kera abu-abu di lokasi ini.
Pihak pengunjung tak usah takut karena kera tersebut tidak akan
menyerang pengunjung, asal pengunjung tidak menggangunya cukup dengan
memberikan makanan, berupa kacang tanah, pisang , atau buah-buahan
lainnya.Untuk mencapai pulau kembang yang merupakan delta tersebut cukup gampang cukup naik klotok sekitar setengah jam dari kota sudah sampai ke tujuan, disana pengunjung bisa bercanda dengan kera jinak atau kera abu-abu di lokasi ini.
PULAU KEMBANG
Pulau Kembang adalah sebuah delta seluas 60 Ha yang terletak di
tengah sungai Barito dan merupakan habitat kera ekor panjang (monyet)
dan beberapa jenis burung. Pada tahun 1976, pulau ini ditetapkan sebagai
hutan wisata berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum12/1976.
Menurut cerita, pulau Kembang berasal dari kapal Inggris yang
dihancurkan oleh orang Biaju pada tahun 1750-an atas perintah sultan
Banjar. Puing-puing bekas kapal tersebut lambat laun ditumbuhi pepohonan
dan berubah menjadi sebuah pulau yang kemudian didiami sekelompok kera.
Orang-orang desa yang berada di sekitar pulau baru ini menganggap bahwa
kera-kera tersebut merupakan penjelmaan orang halus yang memakai
sarungan kera. Kelompok kera tersebut dipimpin oleh seekor kera yang
sangat besar bernama si Anggur.
Munculnya keyakinan tersebut menjadikan pulau yang baru muncul ini
dijadikan sebagai tempat bernazar. Masyarakat sekitar datang ke pulau
ini dengan membawa sesajen seperti pisang, telor, nasi ketan,
mayang-pinang, dan beberapa jenis kembang. Oleh karena sering digunakan
untuk tempat berhajat dan menabur kembang, pulau baru tersebut lebih
dikenal dengan sebutan Pulau Kembang.
Di dalam kawasan hutan wisata ini terdapat altar yang diperuntukkan
sebagai tempat meletakkan sesaji bagi “penjaga” pulau Kembang yang
dilambangkan dengan dua buah arca berwujud kera berwarna putih
(Hanoman). Keberadaan altar menunjukkan bahwa para pengunjung yang
datang tidak sekedar berwisata melihat kera, tetapi juga datang untuk
keperluan berdoa, khususnya orang-orang Cina.
Kera-kera di tempat ini yang berjumlah ratusan bahkan ribuan, sangat
akrab (walaupun ada juga yang ganas) dengan para pengunjung. Biasanya
ketika para wisatawan datang berkunjung, kera-kera tersebut banyak yang
menunggu di dermaga, menunggu para wisatawan memberi mereka makanan
seperti pisang, kacang dan sebagainya. Namun karena tidak semua
kera-kera di tempat ini bersahabat dengan para pengunjung, maka ada
baiknya para pengunjung memperhatikan hal-hal berikut ini:
Siapkan makan-makanan ringan seperti kacang kulit, pisang dan sebagainya untuk diberikan kepada para kera.
Taruhlah barang bawaan seperti tas di tempat yang aman dan tersembunyi. Barang bawaan atau tas terkadang direbut oleh sekelompok kera dan dibawanya kabur.
Berhati-hati juga menyimpan barang bawaan (tas atau sejenisnya) di dalam perahu klotok, karena kera-kera tersebut bisa naik ke klotok dan mengobrak-abrik barang bawaan para pengunjung.
Di lokasi wisata ini banyak peminta-minta, sehingga cukup bijaksana jika para pengunjung menyiapkan uang receh.
Para kera mengerubuti para pengunjung yang baru turun dari klotok
Pulau Kembang ditempati oleh ratusan bahkan ribuan monyet dan beberapa jenis burung. Bila tengah beruntung, pengunjung bisa bertemu dengan salah satu spesies monyet yang menjadi maskot fauna Kalimantan Selatan, yaitu Bekantan (Nasalis larvatus). Kera ini memiliki sifat pemalu, berambut cokelat kemerah-merahan, dan berhidung panjang. Di tempat ini, para pengunjung juga bisa menyaksikan kera-kera yang bisa berenang. Selain itu, para pengunjung dapat berinteraksi dengan memberikan makanan berupa kacang dan merasakan sensasi luar biasa ketika dikerubuti kera-kera yang sangat banyak tersebut.
Taruhlah barang bawaan seperti tas di tempat yang aman dan tersembunyi. Barang bawaan atau tas terkadang direbut oleh sekelompok kera dan dibawanya kabur.
Berhati-hati juga menyimpan barang bawaan (tas atau sejenisnya) di dalam perahu klotok, karena kera-kera tersebut bisa naik ke klotok dan mengobrak-abrik barang bawaan para pengunjung.
Di lokasi wisata ini banyak peminta-minta, sehingga cukup bijaksana jika para pengunjung menyiapkan uang receh.
Para kera mengerubuti para pengunjung yang baru turun dari klotok
Pulau Kembang ditempati oleh ratusan bahkan ribuan monyet dan beberapa jenis burung. Bila tengah beruntung, pengunjung bisa bertemu dengan salah satu spesies monyet yang menjadi maskot fauna Kalimantan Selatan, yaitu Bekantan (Nasalis larvatus). Kera ini memiliki sifat pemalu, berambut cokelat kemerah-merahan, dan berhidung panjang. Di tempat ini, para pengunjung juga bisa menyaksikan kera-kera yang bisa berenang. Selain itu, para pengunjung dapat berinteraksi dengan memberikan makanan berupa kacang dan merasakan sensasi luar biasa ketika dikerubuti kera-kera yang sangat banyak tersebut.
Selain menjadi tempat ribuan kera, di tempat ini ternyata juga ada
sebuah kuil yang biasanya digunakan oleh para pengunjung untuk
meletakkan sesajen atau melaksanakan nadzarnya. Pulau ini sering
dihubungkan dengan kejadian-kejadian mistis. Banyak para pengunjung yang
mengaku mengalami hal-hal mistis seperti melihat jembatan yang
menghubungkan pulau Kembang dengan daratan; melihat sosok pangeran
berbaju putih mengendarai kuda melintas di atas jembatan itu, dan lain
sebagainya.
Pulau Kembang terletak di tengah sungai Barito, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Pulau seluas 60 hektare ini berjarak sekitar 1,5 km kota Banjarmasin
dan dapat ditempuh dengan menggunakan perahu klotok sewaan dengan harga
sekitar Rp 200.000 perjamnya atau bisa lebih murah jika pengunjung
pandai menawar. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke lokasi sekitar 10
menit dari kota Banjarmasin. (sumb:wisata melayu)
Jembatan Barito yang saat ini merupakan jembatan terpanjang di tanah air karena melebihi seribu meter, juga objek wisata Kalsel.
2. BANJARMASIN JADIKAN PASAR TERAPUNG IKON KEPARIWISATAAN
Banjarmasin,29/8 (ANTARA)- Pemerintah Kota Banjarmasin menjadikan Pasar
Terapung di Sungai Barito sebagai ikon kepariwisataan kota setempat
mengingat objek tersebut cukup khas tak ditemui di daerah lain.
Dengan dijadikan ikon kepariwisataan maka keberadaan pasar kedepannya
lebih dibenahi, kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Banjarmasin, Hesly
Junianto,SH kepada pers di Banjarmasin, Rabu. Ketika ditanya di
sela-sela acara penyuluhan industri kepariwisataan bagi usaha salon
kecantikan, Hesly junianto menyatakan pembenahan kedepan adalah Pemko
Banjarmasin akan menyediakan sarana angkutan sungai ke objek wisata
melalui pusat Kota Banjarmasin menuju ke pasar terapung. Angkutan
sungai dimaksud adalah kapal wisata khusus yang sekarang lagi dilesaikan
sebanyak dua buah menggunakan kontruksi kayu ulin (kayu besi).
Pembuatan kapal wisata tersebut di lokasi pembuatan kapal kayu ulin di
kawasan Pedalaman Sungai Barito, tepatnya di Kota Muara Teweh, Kabupaten
Barito Utara (Barut) Kalimantan Tengah. “Kita berhadap dua kapal
wisata yang disedemikian rupa bagi wisatawan itu, September 2007 sudah
selesai dan bisa dipergunakan bagi wisatawan,” kata Hesly Juniato,
Sementara kapal wisata lainnya bantuan Menteri Koperasi senilai Rp300
juta juga sedang diproses penyelasaiannya di industri pembuatan kapal
kayu ulin, Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu). Bila kapal
wisata buatan Pemko Banjarmasin dan kapal bantuan Menteri Koperasi
tersebut selesai, maka keberadaan pasar terapung kian marak. Bahkan
dalam upaya menyemarakkan keberadaan pasar terapung itu, Dinas
Pariwisata Kota Banjarmasin merencanakan menggelar festival perahu hias
se Asia Tengga (Asean) pada tahun 2008 mendatahg, tambah Hesly
Junianto. Dipilihnya Pasar terapung yang terletak pesisir Desa Kuin
Banjarmasin ditepian Sungai Barito tersebut lantaran objek itu sudah
begitu dikenal luas baik oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Bahkan penayangan secara visual aktivitas Pasar terapung ini telah
dijadikan ikon tayangan sebuah televisi swasta di Jakarta, RCTI Oke,
tambah mantan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota
(Bapedalko) Banjarmasin tersebut. Kelebihan Pasar terapung ini,
adalah terwujud berdasarkan kebutuan masyarakat yakni menyediakan
dagangan hasil pertanian dan sumberdaya alam lainnya. Sementara
pasar terapung yang menjadi objek wisata di Hongkong, Singapura,
Bangkok, atau Venesia Italia diciptakan khusus untuk wisatawan maka
barang yang dijual kebanyakan cenderamata.
PASAR TERAPUNG
Pasar Terapung Muara Kuin merupakan salah satu bentuk pola interaksi
jual-beli masyarakat yang hidup di atas air. Para pedagang dan pembeli
malakukan aktivitas jual-beli di atas Jukung, sebutan perahu dalam
bahasa Banjar. Pasar ini dimulai setelah shalat Subuh dan akan berakhir
ketika matahari telah beranjak naik atau sekitar jam 09:00 Wita.
Apabila lewat dari jam tersebut, maka sudah dapat dipastikan bahwa
pasar bakal sepi, karena para pedagang akan berpencar, menyusuri
sungai-sungai kecil, untuk menjual barang dagangnya ke penduduk yang
rumahnya berada di bantaran sungai.
Pasar terapung ini sudah ada lebih dari 400 tahun lalu, dan
merupakan sebuah bukti aktivitas jual-beli manusia yang hidup di atas
air. Seperti halnya pasar-pasar yang ada di daratan, di atas pasar
terapung ini juga dilakukan jual beli barang seperti sayur-mayur,
buah-buahan, segala jenis ikan dan berbagai kebutuhan rumah tangga
lainnya. Pembelian dari tangan pertama disebut dukuh, sedangkan tangan
kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut
panyambangan. Di pasar ini, pengunjung dapat menyaksikan transaksi
jual-beli yang dilakukan secara tradisional, yaitu dengan cara barter
antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut
bapanduk.
Namun sayang, kondisi aktraktif aktivitas jual-beli di atas perahu
tersebut semakin lama semakin pudar pamornya, baik karena jumlah jumlah
pedagang yang semakin sedikit, sikap penjual yang tidak lagi cukup
bersahabat, ataupun kurangnya dukungan dari pemerintah kota
Banjarmasin. Kebijakan pemerintah membangun pasar di darat dekat dengan
Pasar Terapung Kuin dan pembangunan ratusan jembatan rendah yang
menghalangi akses lalu lintas sungai, baik langsung atau tidak,
merupakan salah satu penyebab semakin memudarnya aktivitas jual-beli di
floating market ini.
Mengunjungi Pasar Terapung Muara Kuin akan memberikan kenangan tak
terlupakan tentang bagaimana masyarakat yang hidup di atas air memenuhi
kebutuhan hidupnya. Selain itu, pengunjung juga akan mengetahui pola
transaksi jual-beli yang telah berumur lebih dari 400 tahun. Oleh
karena pasar ini telah menjadi saksi bisu perjalanan aktivitas ekonomi
masyarakat Kalimantan Selatan, muncul pameo belum ke Banjarmasin jika
belum mengunjungi Floating Market Muara Kuin.
Suasana berdesak-desakan antara perahu besar di pasar terapung ini
cukup unik dan khas. Para pengemudi jukung dengan mahirnya mengayuh dan
mengejar pembeli atau penjual yang berseliweran kian kemari dan perahu
mereka kerap oleng dimainkan gelombang Sungai Barito. Bagi wisatawan
yang datang dari kota-kota besar, akan merasakan sensasi tersendiri
ketika mengamati pedagang wanita dengan topi lebarnya berperahu menjual
hasil kebun atau makanan olahannya sendiri.
Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada pasar di
daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung,
pembagian pedagang berdasarkan barang dagangan, dan tempat berjualan
yang selalu berpindah-pindah.
Bagi pengunjung yang hanya ingin bersantai, bisa menikmati secangkir
teh atau kopi, plus makanan/kue khas Banjar, sembari menikmati goyangan
ombak yang menerpa klotok yang ditumpangi. Pengunjung juga dapat
menyaksikan rumah-rumah terapung (Rumah Lanting) yang berada di
sepanjang pinggiran sungai.
Pasar Terapung Muara Kuin terletak di aliran sungai Barito, tepatnya
di muara Sungai Kuin, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Bajarmasin,
Kalimantan Selatan.
Jika berangkat dari pusat kota Banjarmasin dengan menggunakan perahu
mesin atau yang biasa disebut klotok, diperlukan waktu sekitar 45
menit untuk menuju pasar yang berada di aliran Sungai Barito tersebut.
Jika ingin lebih cepat sampai, pengunjung dapat menggunakan angkutan
darat dengan menempuh rute Kota Banjarmasin-desa Alalak. Dari desa
Alalak menuju lokasi Pasar Terapung yang jaraknya tidak begitu jauh
pengunjung bisa mencarter klotok dengan harga Rp 70 ribu (tergantung
bisa tidaknya pencarter malakukan tawar menawar). Dengan menyewa
klotok, pengunjung tidak hanya bisa menyaksikan aktivitas di floating
market tetapi juga bakal diajak berwisata ke Pulau Kembang (sumb.wisata
melayu)
Kawasan pendulangan intan tradisional berada di Kecamatan Cempaka.
Bagi penduduk Desa Cempaka, mendulang Intan merupakan mata pencaharian
turuntemurun. Para pendulang biasanya berkelompok – kelompok menggali
lobang padakedalaman sekitar 10 meter dengan menggunakan perkakas
tradisional dan metodelama. Mereka bekerja keras mengadu nasib.
Bahan galian tersebut selanjutnya dicuci untuk mencari sebutir intan terkadang pedulangan menemukan pula batu akik dan pasir emas.Cempaka adalah kawasan penambangan intan dan emas yang terletak tidak jauh dari Banjarmasin. Di tempat ini pengunjung dapat melihat langsung bagaimana para pekerja atau pendulang mencari intan atau emas di lubang-lubang penggalian yang penuh lumpur.
Dari catatan sejarah di tambang ini pernah ditemukan intan terbesar seberat20 karat pada tahun 1846, rekor ini kemudian dipecahkan pada tahun 1850 denganditemukannya intan yang lebih besar seberat 167,5 kara yang disebut intan Trisakti yang hingga karang tidak tahu rimbanya lagi, baru ditemukan lagi intan Putri Malu Januari 2008 sebesar 200 karat.
Bahan galian tersebut selanjutnya dicuci untuk mencari sebutir intan terkadang pedulangan menemukan pula batu akik dan pasir emas.Cempaka adalah kawasan penambangan intan dan emas yang terletak tidak jauh dari Banjarmasin. Di tempat ini pengunjung dapat melihat langsung bagaimana para pekerja atau pendulang mencari intan atau emas di lubang-lubang penggalian yang penuh lumpur.
Dari catatan sejarah di tambang ini pernah ditemukan intan terbesar seberat20 karat pada tahun 1846, rekor ini kemudian dipecahkan pada tahun 1850 denganditemukannya intan yang lebih besar seberat 167,5 kara yang disebut intan Trisakti yang hingga karang tidak tahu rimbanya lagi, baru ditemukan lagi intan Putri Malu Januari 2008 sebesar 200 karat.
Kota Banjarmasin yang terkenal dengan sebutan sebagai Kota 1000 Sungai telah memiliki wahana wisata baru yakni Kapal Wisata.Siapa
saja yang ingin menyusuri sungai-sungai di Banjarmasin dapat
memanfaatkan kapal tersebut.Sejumlah objek seperti Masjid Raya Sabilal
Muhtadin, gubernuran, balaikota, Metro Hi Tech Mall, Mitra Plaza,
Swissbell Hotel Borneo (bintang 4), Hotel Victoria (bintang 3), Hotel
Rodhita (bintang 2), rumah penduduk bahkan Pasar Terapung pun dapat
disaksikan melalui kapal wisata. Guna mendukung kenyamanan wisatawan,
kapal itu juga dilengkapi beberapa fasilitas seperti 25 kursi, televisi,
karaoke, toilet, suguhan kesenian tradisional khas Banjar serta masakan
khas Banjar.Diharapkan dengan adanya kapal wisata ini dapat
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di ibukota Kalimantan Selatan
tersebut.
3. KERBAU RAWA JADI OBYEK AGROWISATA DI KALSEL
Oleh Hasan Zainuddin
Banjarmasin, 18/4 (ANTARA)- Sekelompok pemuda bersorak sorai di hamparan ribuan hektare rawa monoton, Desa Bararawa, Kecamatan Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Propinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Seorang pemuda bertindak sebagai joki, menunggang seekor kerbau besar di hamparan lahan berrawa-rawa tersebut, sementara yang lain juga melakukan hal serupa seraya memacu sekencangnya lari kerbau yang ditunggangnya saat perlombaan kerbau di lokasi desa sentra peternakan kerbau rawa tersebut.
Perlombaan kerbau rawa itu persis seperti perlombaan atau atraksi karapan sapi di Madura, tetapi lomba karapan sapi di lahan kering atau lapangan luas sementara lomba kerbau rawa di hamparan berair yang penuh dengan tanaman rawa.
Dalam lomba yang seringpula didatangi ribuan penonton tersebut tampaknya sebagai arena kompetisi antar desa di wilayah penghasil daging ternak terbesar Kalsel itu.
Tak jarang dalam kegiatan lomba yang merupakan hiburan segar bagi masyarakat yang bermata pencariannya bertani, menangkap ikan, dan beternak itu dihadiri pejabat bukan sebatas camat, dan bupati, tetapi seringpula dihadiri gubernur Kalsel.
“Lomba kerbau rawa merupakan objek wisata tahunan Kalsel yang terus dipopulerkan guna mendukung kunjungan wisata ke daerah ini,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalsel, Bihman Muliansyah.
Lomba kerbau rawa tersebut, biasanya diselanggarakan pada setiap perayaan hari kemerdekaan RI, di lokasi yang sudah disediakan di kawasan tersebut, sehingga bagi turis mudah melihat atraksi lomba kerbau rawa itu.
Tetapi, bukan hanya atraksi lomba kerbau rawa yang menjadi daya pikat wisatawan khususnya wisatawan mancanegara ke daerah itu, yang menarik mereka jusru menyaksikan usaha peternakan kerbau itu yang dinilai rada unik.
Oleh karena itu, seringkali paket wisata kunjungan wisatawan selama di Kalsel selalu dikaitkan dengan lokasi peternakan kerbau rawa ini, seperti rute pendulangan intan tradisional, pasar permata, lalu Museum Lambung Mangkurat, Pasar Terapung Banjarmasin, Pulau kaget (pulau dihuni bekantan/nasalis larvatus).
Setelah itu, wisatawan baru diajak ke lokasi kerbau rawa Danau Panggang yang lalu menuju ke Pegunungan Meratus menyaksikan komunitas suku Dayak Meratus, pulangnya berarung jeram menyusuri Sungai Amandit, dan terakhir kembali ke Banjarmasin.
Berdasarkan catatan, kerbau rawa (Bubalus carabanensis) yang pula disebut sebagai kerbau (hadangan) kalang, karena kehidupan kerbau-kerbau ini berada di atas kalang di atas rawa.
Kalang terbuat dari kayu-kayu besar yang disusun di tengah rawa untuk berteduhnya ternak besar ini, setelah berenang ke sana-kemari seharian di air dalam rawa untuk mencari makan.
Sebuah kalang yang dibangun para peternak masyarakat Danau Panggang ini bisanya mampu menampung antara puluhan hingga ratusan ekor kerbau.
Kerbau rawa merupakan aset asli atau plasma nutfah Kalsel, yang sudah beranak pinak atau berkembang biak di hamparan rawa seluas 2,6 juta hektare yang tersebar di lima kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Hulu Sungai Tengah (HST), Hulu Sungai Selatan (HSS), Banjar, dan Kabupaten Barito Kuala (Batola).
Tidak ada yang tahu persis asal usul kerbau rawa yang terbilang berbadan besar bila dibandingkan kerbau yang hidup di daratan ini, namun keberadaan kerbau itu sudah ada dari genereasi ke generasi.
Menurut Kepala Dinas Peternakan Kalsel, Ir Maskamian Andjam kepada wartawan saat berada di kantor Gubernur Kalsel, Banjarmasin pada tahun 2000 lalu populasi hewan ini tercatat 11.605 ekor kemudian berkembang tahun 2004 lalu menjadi 38.488 ekor.
Populasi kerbau rawa terbanyak berada di Kecamatan Danau Panggang HSU yang meliputi tujuh desa sentra peternakan, yakni desa Palbatu, Bararawa, Sapala, Peminggir, Ambahai, Tapus Dalam, dan Desa Danau Cermin dengan total populasi di kawasan itu sekitar 8000 ekor.
Pada tahun 2002 dari 8000 ekor di tujuh desa tersebut dimiliki oleh 215 orang peternak, dengan tingkat kepemilikan antara 50 hingga 100 ekor per orang dengan luas pengembalaan di kawasan rawa itu sekitar 61 ribu hektare dan 41 ribu diantara berupa rawa monoton berair dalam atau berupa danau.
Kerbau rawa biasanya hidup secara berkelompok, satu kelompok biasanya terdapat antara satu atau dua penggembala (peternak) yang tindak tanduk peternak tersebut sangat di patuhi kerbau-kerbau besar ini.
Jenis kerbau ini dengan spesifik tanduk yang melingkar panjang ke belakang, warna abu-abu coklat, dengan bentuk tubuh yang gempal, padat, dan berisi yang membuktikan bahwa kerbau rawa dengan mikroba rumen yang dimilikinya mampu mengubah makanan berkualitas rendah berupa rumput rawa menjadi daging.
Berat kerbau ini berumur satu tahun sudah 195-200 kilogram, panjang badan 95,4-97,6 CM, dan lingkar dada 135,7-138,4 CM.
Saat dewasa atau berusia tiga tahun kerbau itu memiliki 400-500 kilogram, dengan tinggi gumba 122,1-123,0 CM, panjang badan 128-138 CM, dan lingkar dada 174,6-177 CM.
Bahkan ada kerbau rawa besar yang disebut atau berstatus “majir” pernah mencapai berat badan 600 kilogram, kata Maskaiman Andjam.
Kerbau ini melahirkan anak setiap 400-500 hari (calving interval) dengan bobot lahir 28 kilogram. Kerbau rawa memasuki usia produktif saat berusia 15 tahun, dengan tingkat produksi susu cukup tinggi sehingga perkembangam anaknya begitu cepat.
Akhmad Arifin yang seorang pemandu wisata Kalsel menuturkan untuk memancing wisatawan datang ke peternakan kerbau rawa tersebut setiap pemandu harus bisa menceritakan keunikan kerbau tersebut.
Keunikan kerbau itu selain memang badannya besar, hidupnya berenang ke sana kemari di atas air rawa, hidup di atas kalangan jauh dari pemukiman penduduk, juga hanya ada di daerah rawa Kalsel dan sulit ditemui di daerah lain, biasanya setelah mendengar keunikan itu wisatawan khususnya yang memiliki perhatian terhadap binatang pasti minta di antarkan ke lokasi tersebut.
Di lokasi peternakan. para wisatawan biasanya serius menyaksikan sistem peternakan yang dinilai benar-benar alamiah tanpa sentuhan tekhnologi itu
“Wisatawan dengan menggunakan kamera biasanya membidik-bidik lokasi kalang sebagai tempat berteduh kerbau di malam hari, serta kelompok kerbau yang berenang di atas air di kawasan tersebut.” kata Akhmad Arifin.
Akhmad Arifin sendiri berharap dalam pengembangan peternakan kerbau ini bukan semata menambah pupulasi ternak, tetapi bagaimana lokasi peternakan ini menjadi daya pikat wisatawan dengan mempertahankan lomba kerbau rawanya, ditambah akses ke lokasi itu yang dipermudah.
Bila semua itu lebih diperhatikan baik oleh Pemprop Kalsel maupun Pemkab HSU maka lokasi peternakan kerbau rawa kian dikenal sebagai objek agrowisata andalan Kalsel.
BALANGAN KAYA AKAN OBJEK PARIWISATA ALAM
Banjarmasin,26/1 (ANTARA)- Kabupaten baru di Propinsi Kalimantan selatan, Kabupaten Balangan mencoba membangun daerahnya melalui berbagai sektor dalam upaya meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Banjarmasin,26/1 (ANTARA)- Kabupaten baru di Propinsi Kalimantan selatan, Kabupaten Balangan mencoba membangun daerahnya melalui berbagai sektor dalam upaya meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Baruh Bahinu Dalam salah satu objek wisata di Balangan
salah satu upaya itu adalah membangun citra kepariwisataan mengingat kawasan ini kaya dengan objek wisata alam, kata Bupati Balangan, Ir Sefek Effendi kepada ANTARA saat berada di Banjarmasin, Jumat.
Sebagai kabupaten baru yang berpisah dengan kabupaten induk Hlu Sungai Utara (HSU) tak ada pilihan lain harus menyediaan objek wisata sendiri, agar daerah ini bisa dilihat sebagai wilayah yang maju di sektor tersebut.
Kawasan yang akan dikembangkan menjadi objek wisata selain ang sudah dikenal juga yang belum begitu dikenal tetapi memiliki kekhasan dan prospektif dikembangkan dikemudian hari.
Objek wisata yang belum begitu dikenal adalah Hambal Lumut, sebuah kawasan lreng Pegunungan Meratus yang memiliki keindahan alam dan kekhasan kehidupan budaya masyarakat lokal yang kalau dipromosikan akan menarik minat kalangan wisatawan khususnya dari mancanegera.
Budaya-budaya masyarakat pedalamam Balangan yang dikenal dengan sebutan suku Dayak Hulu Banyu sering menjadi atraksi wisata yang menarik, seperti upacara aruh ganal (selamatan besar) dimana atraksi yang bernilai magis itu dianggap unik dan menarik.
Budaya lain yang menarik perhatian wisatawan melalui seni dan budaya, dimana tarian-tarian Dayak sering dipertontonkan keika menjamu tetamu yang datang ke wilayah tersebut.
Objek wisata lain yang perlu dikembangkan seperti air terjun Manyandar, goa Berangin, serta Gunung Belawan di kecamatan Halong sekitar 30 kilometer dari ibukota kabupaten Balangan.
Selain itu ada ula objek wisata baruh Bahinu Dalam termasuk kecamatan Paringn atau sekitar 10 kilometer dari ibukota kabupaten, dan objek wisata ini mudah sekali dijanku karena jalan beraspal sampai ke kekawasan ini.
Kekhasan Baruh Bahinu Dalam disana terdapat danau yang tidak mengalir, dan kehidupan masyarakatnya. danau Baruh Bahinu Dalam mengandung banyak lagenda serta disana seringkali menjadi lokasi loba jukung (perahu) serta lokasi perkemahan.
Belum lagi di Kecamatan Awayan sekitar 15 kilometer dari ibukota kabupaten terdapat objek wisata Gunung Hantanung, yang didalamnya terdapat goa dengan sarang kelalawar.
Goa-goa di wilayah Balangan menurut, Sefek Effendi dikenal unik lantaran memiliki stalaktit dan stalakmit yang menyerupai binatang, peralatan rumah tangga, serta ada stalakmit yang menyerupai tubuh manusia sehingga dihubungkan-hubungkan dengan sejarah masa lalu di kaasan tersebut.
Objek sejarah Balangan juga menarik kalau diangkat kepermukaan kalau dikaitkan dengan pengembangan kepariwisataan, mengingat daerah Balangan termasuk basis perlawanan masyarakat Kalsel melawan penjajah Belanda pada masanya.
Salah satu objek sejarah yang menjadi bjek wisata adalah benteng Tundakan di Kecamatan Awayan yang konon di dalam benteng inilah pejuang Banjar, Tumenggung Jalil yang bergelar Adipati Anom Dinding Raja Tumenggum Macan Negara berlindung dari kejaran penjajah Belanda.
Objek sejarah lain adalah makam Datu Kandang Haji Desa eluk Bayur Kecamatan Juai, demikian Sefek Effendi yang dikenal sebagai mantan Kepala Dinas Kimpraswil Kalsel ini.
salah satu upaya itu adalah membangun citra kepariwisataan mengingat kawasan ini kaya dengan objek wisata alam, kata Bupati Balangan, Ir Sefek Effendi kepada ANTARA saat berada di Banjarmasin, Jumat.
Sebagai kabupaten baru yang berpisah dengan kabupaten induk Hlu Sungai Utara (HSU) tak ada pilihan lain harus menyediaan objek wisata sendiri, agar daerah ini bisa dilihat sebagai wilayah yang maju di sektor tersebut.
Kawasan yang akan dikembangkan menjadi objek wisata selain ang sudah dikenal juga yang belum begitu dikenal tetapi memiliki kekhasan dan prospektif dikembangkan dikemudian hari.
Objek wisata yang belum begitu dikenal adalah Hambal Lumut, sebuah kawasan lreng Pegunungan Meratus yang memiliki keindahan alam dan kekhasan kehidupan budaya masyarakat lokal yang kalau dipromosikan akan menarik minat kalangan wisatawan khususnya dari mancanegera.
Budaya-budaya masyarakat pedalamam Balangan yang dikenal dengan sebutan suku Dayak Hulu Banyu sering menjadi atraksi wisata yang menarik, seperti upacara aruh ganal (selamatan besar) dimana atraksi yang bernilai magis itu dianggap unik dan menarik.
Budaya lain yang menarik perhatian wisatawan melalui seni dan budaya, dimana tarian-tarian Dayak sering dipertontonkan keika menjamu tetamu yang datang ke wilayah tersebut.
Objek wisata lain yang perlu dikembangkan seperti air terjun Manyandar, goa Berangin, serta Gunung Belawan di kecamatan Halong sekitar 30 kilometer dari ibukota kabupaten Balangan.
Selain itu ada ula objek wisata baruh Bahinu Dalam termasuk kecamatan Paringn atau sekitar 10 kilometer dari ibukota kabupaten, dan objek wisata ini mudah sekali dijanku karena jalan beraspal sampai ke kekawasan ini.
Kekhasan Baruh Bahinu Dalam disana terdapat danau yang tidak mengalir, dan kehidupan masyarakatnya. danau Baruh Bahinu Dalam mengandung banyak lagenda serta disana seringkali menjadi lokasi loba jukung (perahu) serta lokasi perkemahan.
Belum lagi di Kecamatan Awayan sekitar 15 kilometer dari ibukota kabupaten terdapat objek wisata Gunung Hantanung, yang didalamnya terdapat goa dengan sarang kelalawar.
Goa-goa di wilayah Balangan menurut, Sefek Effendi dikenal unik lantaran memiliki stalaktit dan stalakmit yang menyerupai binatang, peralatan rumah tangga, serta ada stalakmit yang menyerupai tubuh manusia sehingga dihubungkan-hubungkan dengan sejarah masa lalu di kaasan tersebut.
Objek sejarah Balangan juga menarik kalau diangkat kepermukaan kalau dikaitkan dengan pengembangan kepariwisataan, mengingat daerah Balangan termasuk basis perlawanan masyarakat Kalsel melawan penjajah Belanda pada masanya.
Salah satu objek sejarah yang menjadi bjek wisata adalah benteng Tundakan di Kecamatan Awayan yang konon di dalam benteng inilah pejuang Banjar, Tumenggung Jalil yang bergelar Adipati Anom Dinding Raja Tumenggum Macan Negara berlindung dari kejaran penjajah Belanda.
Objek sejarah lain adalah makam Datu Kandang Haji Desa eluk Bayur Kecamatan Juai, demikian Sefek Effendi yang dikenal sebagai mantan Kepala Dinas Kimpraswil Kalsel ini.
Pariwisata
Profil Objek Wisata Kalimantan Selatan
Profil Objek Wisata Kalimantan Selatan
A. Kota Banjarmasin
Propinsi Kalimantan Selatan Ibukotanya Kota Banjarmasin dan wilayah
ini banyak dilalui sungai besar dan sungai kecil (kanal). Banyak sekali
kegiatan masyarakat yang dilakukan di sungai termasuk kegiatan
perdagangan yang dikenal dengan pasar terapung. Penduduk kota
Banjarmasin masih banyak yang tinggal di atas air. Rumah-rumah penduduk
dibangun diatas tiang atau diatas rakit dipinggir sungai.
Budaya sungai terus berkembang, memberikan corak budaya tersendiri
dan menarik. Salah satu kegiatan wisata paling menarik di kota
Banjarmasin adalah berjalan-jalan menyusuri sungai dan kanal. Daerah
pinggiran kota pemandangan alam sungainya masih asli dan wisatawan dapat
menyusuri sepanjang sungai Martapura dan sungai Barito dengan
menggunakan perahu Klotok dan Speedboat. Pusat Kota Banjarmasin terletak
di sepanjang jalan Pasar Baru, sementara kawasan perkantoran khususnya
Bank terdapat di jalan Lambung Mangkurat. Sungai Barito berada di
sebelah Baratnya dari pusat kota.
Sebagian besar kegiatan masyarakat di Banjarmasin terjadi sungai atau
disekitar sungai. Oleh karena itu sangatlah menarik menyaksikan
kehidupan Kota dari tengah sungai. Wisatawan dapat menyewakan perahu
motor yang mangkal di tepi sungai dengan tarif sekitar Rp. 75.000 per
jam guna memulai perjalanan menyusuri sungai melewati sejumlah lokasi
penarikan dengan waktu tempuh dua hingga tiga jam.
Perjalanan di mulai dengan melewati Mesjid Raya Sabilal Muhtadin
menuju kepasar kuin dimana air sungai Kuin mengalir menuju sungai
Barito. Wisatawan dapat juga singgah di Pulau Kembang dan kemudian
melanjutkan perjalanan melalui penggergajian kayu di sungai Alalak dan
kembali ke Pusat Kota melalui Sungai Andai.
Pasar Terapung adalah pasar tradisional yang sudah ada sejak dulu dan
merupakan refleksi budaya sungai orang Banjar. Pasar yang khas lagi
unik ini tempat melakukan transaksi di atas air dengan menggunakan
perahu besar maupun kecil yang berdatangan dari berbagai pelosok. Pasar
Terapung hanya berlangsung pada pagi hari sekitar jam 05.00 hingga 09.00
setiap hari. Dan dengan perahu Klotok dari Kota Banjarmasin dapat
dicapai sekitar 30 menit.
Wisatawan harus datang pagi-pagi untuk dapat melihat kesibukan Pasar
Terapung ini. Salah satu Pasar Terapung di Banjarmasin adalah Pasar Kuin
yang terletak di persimpangan antara Sungai Kuin dan Sungai Barito.
Sejak dahulu Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan terkenal dengan
hasil kayu dan rotan. Pada masa lalu kayu yang ditebang langsung
dikirim keluar Kalimantan, tetapi saat ini sebelum dikirim keluar daerah
terlebih dahulu diolah menjadi bahan setengah jadi, demikian juga untuk
industri rotan.
Sasirangan adalah batik khas Kalimantan Selatan yang pada jaman
dahulu digunakan untuk mengusir roh jahat dan hanya dipakai oleh
kalangan orang-orang terdahulu seperti keturunan raja dan bangsawan.
Proses pembuatan masih dikerjakan secara tradisional. Lokasi
penjualannya di kecamatan Banjar Timur, 20 menit dari pusat Kota
Banjarmasin.
Salah satu Landmark Kota Banjarmaisn adalah Masjid Raya Sabilal
Muhtadin yang berada dijalan Jendral Sudirman. Mesjid Raya Sabilal
Muhtadin berdiri megah dijantung kota Banjarmasin menghadap Sungai
Martapura. Bangunan Masjid arsitektur modern dengan di kelilingi lima
menara yang menjulang tinggi serta taman masjid yang luas dan indah.
Masjid Raya Sabilal Muhtadin berlantai dua mempunyai kapasitas tempat
sholat untuk 15.000 jemaah dan merupakan masjid kebanggaan masyarakat
Kalimantan Selatan dan pusat pengkajian agama Islam.
B. Kota Banjarbaru
Kota yang terletak di sebelah Tenggara Kota banjarmasin ini memiliki
sebuah Museum yang berisi benda-benda peninggalanSuku Banjar dan Dayak.
Patung-patung yang berasal dari Candi Hindu yang ada di Kalimantan juga
terdapat di Museum Lambung Mangkurat ini. Juga terdapat meriam, pedang
dan benda-benda lain sisa-sisa perang melawan Belanda. Koleksi Museum
Lambung Mangkurat lainnya adalah peralatan Sunat Tradisional Banjar
seperti Pisau dan Daun yang digunakan sebagai Antibiotic.
Museum Lambung Mangkurat terletak di Kota Banjarbaru sekitar 35 km
dari Kota Banjarmasin, menyimpan berbagai peninggalan sejarah dan budaya
serta gambaran dari pada wajah Kalimantan Selatan dalam berbagai aspek
kehidupan alam dan potensial alamnya.
Koleksi paling menarik dari Museum Lambung Mangkurat ini adalah
benda-benda hasil penggalian dari Candi-Candi Hindu seperti Candi Laras
di Rantau dan Candi Agung di Amuntai. Di Kalimantan Timur antara lain
Patung Sapi Nandi dan Symbol Alat Kelamin Dewa Syiwa yang disebut
Lingang. Sisa-sisa Candi Laras terdapat di Desa Margasari, di dekat Kota
Rantau, sedangkan sisa-sisa Candi Agung terdapat di Kota Amuntai yang
berjarak 150 km dari Banjarmasin.
Barang koleksi Museum terdiri dari peninggalan Sultan Banjar, benda
purbakala dari Candi Agung dan Candi Laras, Perkakas dari Batu, Ukiran
Kayu Ulin, Perkakas Pertanian dan Perabot Rumah Tangga, Alat Musik
Tradisional dan sebagainya.
Bangunan Museum ini perpaduan bentuk rumah tradisional yang bergaya modern diresmikan pada tahun 1979.
Pendulangan
Kawasan Pendulangan Intan Tradisional berada di Kecamatan Cempaka.
Bagi penduduk Desa Cempaka, mendulang intan merupakan mata pencaharian
turun temurun. Para pendulang biasanya berkelompok-kelompok mengali
lobang pada kedalam sekitar 10-12 meter dengan menggunakan perkakas
tradisional dan metode lama. Mereka bekerja keras mengadu nasib. Bahan
galian tersebut selanjutnya dicuci untuk mencari sebutir Intan,
terkadang pendulang menemukan pula Batu Akik dan Pasir Emas.
Cempaka adalah kawasan penambangan intan dan emas yang terletak 47 km
dari Kota Banjarmasin dan 7 km dari Kota Banjarbaru. Di tempat ini
pengunjung dapat melihat langsung bagaimana para pekerja mencari Intan
atau Emas di lobang-lobang penuh galian dan penuh lumpur. Dari catatan
sejarah di tambang ini pernah ditemukan intan terbesar seberat 20 karat
pada tahun 1846, rekor ini kemudian dipecahkan pada tahun 1850 dengan
ditemukannya intan yang lebih besar lagi seberat 167,5 karat.
C. Kabupaten Banjar
Daya tarik Kota yang terletak di dekat Kota Banjarbaru ini adalah
suasana pasar tradisional yang hanya digelar setiap hari Jumat. Pasar
ini ramai dikunjungi para wanita Banjar dengan pakaian tradisional
mereka yang berwarna-warni. Di lokasi pasar ini terdapat sebuah bangunan
pasar berbentuk tradisional Banjar dengan atapnya yang berwarna biru.
Di pasar yang luas ini, wanita Banjar menjual aneka barang termasuk
berbagai jenis makanan. Jika anda penggemar batu permata, pasar ini
adalah tempatnya. Pedagang batu permata menyediakan berbagai macam
bentuk batu seperti intan dan batu permata lainnya, baik yang sudah di
asah ataupun yang masih kasar. Berbagai bentuk manik-manik juga tersedia
dan juga perhiasan perak. Anda juga dapat mengunjungi penggosokan intan
Kayu Tangi di Jalan Sukaramai, yang berada di belakang pasar ini.
Di jantung Kota Martapura banyak ditemukan rumah-rumah tempat
penggosokan intan baik secara tradisional maupun modern yang terkenal
adalah penggosokan Intan Tradisional Kayu Tangi Martapura. Di sini intan
dan batu-batuan di bawa dan di gosok secara tradisional dengan berbagai
macam bentuk.
Selain terdapat penggosokan Batu Aji, tidak kalah menariknya adalah
kerajinan Manik-manik atau hiasan Arguci yang dikerjakan secara unik dan
berkelompok-kelompok oleh para pengrajin di Desa Melayu, Kecamatan
Martapura. Pemasarannya sampai ke Negara Malaysia dan Brunai Darussalam.
Danau Riam Kanan merupakan bagian dari Taman Hutan Raya Sultan Adam
yang berlokasi di Desa Aranio, Kecamatan Aranio. Berjarak sekitar 65 km
dari Kota Banjarmasin. Pegunungan Meratus yang indah dan hijau
mengelilingi Danau Riam Kanan yang luasnya 8000 hektar. Pulau Pinus yang
terletak di tengah danau merupakan tempat-tempat ideal untuk berekreasi
keluarga sambil menikmati kedamaian alam. Air danau yang jernih dan
tenang sangatlah ideal pula untuk bertamasya air, berenang, maupun
memancing.
Tidak jauh dari Kota Martapura terdapat obyek wisata budaya yaitu
Desa Kelampayan Kecamatan Astambul, sebuah Makam Ulama besar yaitu Syekh
Muhammad Arsyad Al Banjari, penyebar agama Islam di Kalimantan, makam
ini banyak dikunjungi peziarah yang datang dari Malaysia dan Brunai
Darussalam.
Pasar Terapung Lok Baintan berada di Sungai Martapura. Kegiatannya
hampir sama dengan Pasar Terapung yang ada di tepi Sungai Barito dan
yang membedakannya hanya para pedagang menggunakan topi yang disebut
Tanggui.
Taman Hutan Pinus letaknya sekitar sekitar 35 km dari Kota
Banjarmasin. Rekreasi di bawah Hutan Pinus yang rindang, sehingga sangat
baik duduk di bawah pohon sambil menikmati hidangan yang telah
disiapkan. Taman Hutan Pinus merupakan penghijauan kota dan kebun
pembinaan. Taman Hutan Raya Sultan Adam terletak di Desa Mandiangin
Kecamatan Karang Intan, sekitar 55 km dari Kota Banjarmasin yang
mempunyai luas 106.400 ha. Selain itu terdapat dua peninggalan jaman
Belanda yang terletak 2 km dari Tahura. Di sana ada Gajah Kampung, Rusa
dan Buaya yang dilindungi. Pengunjung datang setiap hari libur untuk
menikmati alam yang indah dan sejuk, juga sebagai tempat penelitian dan
perkemahan bagi pelajar dan mahasiswa.
D. Kabupaten Tapin
1. Goa Batu Hapu
Goa Batu Hapu yang terletak di Desa Batu Hapu Kecamatan Hatungun
merupakan goa yang mempunyai panorama luar biasa yang mempunyai
stalagnit dan stalagmit menghiasi dalam goa yang dapat menggugah
kebesaran Allah SWT dalam ciptaanNya sebagai pelajaran pengetahuan alam,
goa ini telah mendapatkan sentuhan perbaikan dan penataan, Pemerintah
Daerah sehubungan kerusakan yang diakibatkan keserakahan oknum manusia
yang hanya mengejar keuntungan ekonomi sesaat tanpamensyukuri nikmat
lainnya yang disediakan oleh alam. Goa Batu Hapu letaknya dari pasar
Binuang masuk sejauh 16 km dengan jalan yang sudah cukup baik, ditempuh
dengan jalan santai sambil menikmati pemandangan kehidupan pedesaan dan
nuansa alam pegunungan selama 30 menit, goa ini terletak dipegunungan
sehingga yang mempunyai hobi tantangan panjat tebing disinilah nyalinya
diuji, tetapi resiko ditanggung sendiri karena belum di asuransikan,
masyarakat disekitar goa siap bermitra dengan waisatawan yang
berkeinginan bermalam sambil menikmati makanan dan kehidupan masyarakat
pedesaan. Event hiburan diadakan pada saat liburan dan hari-hari besar
yaitu pada hari Raya Idul Fitri ke 2, Tahun Baru dan Liburan sekolah.
2. Makam Datu-datu atau Ulama Makam Datu Sanggul
Makam Datu atau Ulama telah di renovasi dan mendapatkan penambahan
fasilitas sebagai upaya memfasilitasi peziarah yang merupakan salah satu
budaya masyarakat yang bernuansa keagamaan, yang merupakan kekuatan
pengembangan obyek wisata kabupaten Tapin sebagai wisata relegius.
Pengembangan wisata ini sebagai upaya mengenal dan mengenang kembali
sejarah, karena sebagai bangsa yang ingin maju tidak boleh melupakan
sejarah perjuangan pendahulu kita, khususnya para Datu atau Ulama yang
telah berjuang menyebarkan pengetahuan keagamaan dan kehidupan. Makam
sebagai tujuan wisata ziarah antara lain makam Datu Nuraya yang
merupakan makam panjang bahkan mungkin makam terpanjang di dunia (± 60
meter) dan haulannya (peringatan tahunan) adalah pada tanggal 14
Dzulhijjah. Makam ini terletak di Kecamatan Tapin Selatan. Selanjutnya
adalah ziarah ke makam Datu Sanggul terletak di Desa Tatakan Kabupaten
Tapin, haulannya setiap tanggal 21 Dzulhijjah, dari lokasi yang
berdekatan perjalanan ziarah dilanjutkan ke makam Datu Suban yang
dikenal sebagai guru Datu Sanggul haulannya setiap bulan Syawal setiap
tahun, kemudian perjalanan diteruskan ke makam Syech Salman Alfarizi
yang dikenal sebagai tokoh pendidikan juga ahli dalam bidang pertanian
dari desa Gadung Kecamatan Bakarangan (± dari makam Datu Suban jaraknya
14 km) event haulannya setiap tanggal 9 Dzulhijjah.
E. Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Kandangan merupakan kota transit bagi kendaraan Kota Banjarmasin yang
akan menuju ke Kota Nagara atau sebaliknya. Kota kecil ini memiliki
terminal yang cukup sibuk dan sebuah bangunan pasar tua dengan bentuk
arsitektur yang mengesankan peninggalan era kolonial. Jika anda singgah
di kota ini, cobalah makanan khas Kabupaten Kandangan yang lezat yaitu
Ketupat yang dimakan dengan Gulai Ikan Haruan.
Nagara merupakan kota kecil yang ditempati Sungai Nagara (cabang
Sungai Barito) dan sering meluap. Karena itu, rumah penduduk di tenpat
ini umumnya adalah rumah yang dibangun di atas tiang-tiang tinggi. Pada
saat musim hujan, hampir seluruh bagian kota tertutupair kecuali jalan
yang sengaja dibuat tinggi, namun pada puncak musim hujan, permukaan
jalan juga tertutup air sehingga Nagara berubah menjadi semacam “Kota
Air”.
Menurut catatan sejarah, Nagara yang terletak tidak jauh dari kota
Kandangan, merupakan ibukota dari kerajaan pertama di Kalimantan Selatan
bernama Nagara Dipa sebelum dipindahkan oleh Pangeran Samudera ke
Bandarmasih yang kemudian berkembang menjadi Kota Banjarmasin saat ini.
Nagara juga menjadi pusat kerajinan senjata tajam seperti pedang, golok
dan keris. Para pengrajin ditempat ini mampu menghasilkan berbagai jenis
senjata tajam seperti Mandau dengan bentuk yang indah dilengkapi dengan
sarungnya.
Mandau adalah pedang tradisional suku Dayak yang dibuat di Desa
Hadirau dan Tumbukan Banyu. Pembuatannya memnggunakan peralatan
sederhana dan diselesaikan sekelompok pengrajin dan Mandau hanya di buat
untuk hiasan. Tapi adapula Mandau yang khas dibuat sendiri oleh ahlinya
dan pedang ini dipercayai memiliki kekuatan magis yang diisi melalui
upacara ritual.
Pembuatan gerabah terletak di Desa Bayanan tidak jauh dari Pasar
Nagara, pengunjung bisa menyaksikan setiap tahapan pembuatan dengan
peralatan sederhana atau bahkan pengunjung bisa memcoba ikut untuk
pembuatannya. Pengrajin biasanya membuat bermacam-macam bentuk Tembikar
dan yang terkenal adalah Dapur Nagara atau Anglo.
Gunung Kentawan lebih dikenal sebagai lambang sari kawasan Loksado
karena letaknya strategis dan dapat dilihat dari berbagai penjuru.
Gunung ini adalah kawasan hutaqn lindung berupa gunung batu yang
ditumbuhi pepohonan disekelilingnya, letak kawasan ini sekitar 28 Km
dari kota Kandangan, dan untuk mencapainyahanya jalan kaki lewat Desa
Lumpangi, muara Hanip atau Datar Belimbing (Hulu Banyu). Dengan memiliki
luas sekitar 245 ha, didalamnya terdapat aneka jenis flora termasuk
anggrek Hutan dan fauna yang dilindungi seperti Bekantan, Owa-Owa, Raja
Udang (Halcyon SP)dll.
Air Panas Tanuhi merupakan obyek wisata yang sangat indah dan menarik
untuk dikunjungi, disamping pemandangan yang indah juga tersedia
beberapa fasilitas seperti : Cottag Type A dan B, Gazebo, Aula untuk
pertemuaan, Kolam Renang, Kolam Berendam, Kolam Air Panas dari Panas
Alam, Cafetaria, Lapangan Tenis dan Tempat Bermain Anak. Akses jalan
menuju tempat lokasi sangat mudah dari Ibukota Propinsi Banjarmasin 168
km bisa ditempuh dengan roda 4 selama 4 jam.
Balai Adat Malaris adalah yang paling besar diantara bali yang lain
dikawasan Loksado, berbeda dengan balia adat lainnya, balai ini masih
dihuni dimana ada 40 keluarga besar. Berjarak 2,5 km dari Loksado. Tidak
jauh dari Balai Malaris terdapat sebuah bendungan pembangkit tenaga
listrik dan sebuah riam untuk bemandi ria, yaitu Riam Berajang dan Riam
Anai.
Kawasan Loksado memiliki hutan primer banyak ditumbuhi pepohonan dan
kayu-kayuan yang beraneka ragam. Jenis pohon yang tumbuh diwilayah ini
adalah seperti: Meranti, Sungkai, Ulin, Karet, Kayu Manis, dan jenis
pohon buah-buahan serta aneka jenis bunga Anggrek. Didalam hutan juga
hidup berbagai satwa, seperti: Kijang, Kancil, Macam, Beruang, aneka
jenis kera termasuk Bekantan, Satwa Melata dan jenis burung, seperti:
Raja Udang, Enggang, Ayam, Hutan dll. Begitu pula dengan Kupu-Kupu
dengan aneka warna yang menawan.
arung jeram di kawasan Loksado (Mb)
Arung Jeram dengan rakit bambu di sungai Amandit adalah puncak dari
kegiatan perjalanan setelah beberapa hari. Kegiatan inilah yang paling
banyak disukai oleh banyak wisatawan dan yang palinng mengesankan. Ada
beberapa lokasi yang bagus untuk memulai perjalanan dengan tingkat
kesulitan dan waktu tempuh yang bervariasi tergantung dari keinginan
wisatawan itu sendiri.
Air terjun Haratai terletak di desa lebih kurang 15 menit perjalanan
dari Balai Haratai, dapat ditempuh dengan memasuki hutan bambu dan
perkebuna karet atau kayu manis. Air terjun tersebut bertingkat tiga
dengan ketinggian masing-masing 13 meter. Pengunjung dapat bermandi ria
pada telaga, tetapi dibagian bawah air terjunnya, atau hanya duduk-dudk
diatas bebatuan besar. Tersedia juga tempat ganti pakaian dan shel
teruntuk beristirahat.
Air Terjun Riam Anai ± 2 km dari desa Malaris Kecamatan Loksado
merupakan air terjun yang sangat deras dengan ketinggian 4 meter.
Air Terjun Kilat Api terletak di deas Tanuhi 4 km dari
penginapan/cottage Tanuhi. Bisa ditempuh dengan kendaraan roda 4 atau
roda 2.
F. Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Mesjid Al-A’la di desa Jatuh, Kecamatan Pandawan merupakan mesjid
tertua di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Masjid ini merupakan cikal bakal
berkibarnya bendera dakwah syiar agama Islam. Masih di Kecamatan ini
terdapat pula masjid tua yang disebut Masjid Keramat dan keunggulan dari
tempat ibadah ini konon memberikan rasa khusyu.
Wisata religius lainnya yang dapat dilakukan adalah mengunjungi
Pondok Pesantren Ibnul Amin Pamangkih yang mendidik ribuan calon ulama
muda dan pemimpin umat masa depan. Mengunjungi makam keramat Wali Katum
juga menarik karena selalu mendapat kunjungan ziarah dari masyarakat
Kalimantan Selatan dan juga wisatawan.
Untuk kegiatan wisata alam ada obyek wisata air panas di kaki bukit
yang hijau dimana terdapat sumber air panas yang dapat menyembuhkan
berbagai penyakit. Di sini terdapat pula kolam okan dan kolam pancing
yang selalu ramai di kunjungi masyarakat setempat.
Obyek wisata Pagat Batu Benawa memiliki panorama alam yang indah.
Alamnya yang indah, air yang jernih, dan alamnya yang damai membuat
lokasi wisata ini banyak dikunjungi wisatawan. Lok Laga Ria adalah obyek
yang berada di Kecamatan Haruyan dikelilingi hutan. Sungainya banyak
memiliki jeram.
Kawasan wisata Nateh di Kecamatan Batang Alai Timur, sekitar 15 km
dari Kota Barabai memiliki panorama alam yang indah. Di sini bertebaran
bukit-bukit batu raksasa yang kaya dengan pesona goa dan sungai berair
jernih.
Goa Liang Hadangan memiliki stalagnit dan stalagmit dengan panorama
alam yang sangat mengesankan dan lokasinya sekitar 10 km dari Kota
Barabai yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat.
Gunung Batu Benawa merupakan lokasi perkemahan yang digemari para
pecinta alam, letaknya sekitar 9 km dari Kota Barabai, Kabupaten Hulu
Sungai Tengah.
G. Kabupaten Hulu Sungai Utara
Kota Amuntai, Ibukotanya Kabupaten Hulu Sungai Utara diapit dua
sungai yaitu sungai Tabalong dan Balangan. Untuk wisata kota, wisatawan
dapat mengunjungi Masjid Raya Amuntai, Pantai Amuntai atau melongok
Taman Kota Junjung Buih, berkunjung ke Monumen Perjuangan/melihat
Monumen Itik Alabio yang menghiasi kota.
Obyek wisata di daerah ini adalah Situs Candi Agung, peninggalan dari
kerajaan Negara Dipa yang dibangun oleh Empu Jatmika pada abad ke XIV
Masehi. Dari kerajaan inilah akhirnya melahirkan Kerajaan Daha di Negara
dan Kerajaan Kota Banjarmasin.
Menyaksikan lomba renang unik yaitu lomba renang Kerbau Rawa yang
menjadi atraksi yang menarik. Kerbau Rawa atau biasa disebut Kebau
Kalang yang hidupnya lebuh banyak di air. Untuk menarik kunjungan
wisatawan maka dilakukan terobosan dengan membuat lomba renang kerbau
rawa.
Masjid Jami Sungai Banar merupakan masjid tertua di Kabupaten Hulu
Sungai Utara yang dibangun tahun 1218 H. selain tempat ibadah juga
pernah dipergunakan para pejuang kemerdekaan RI untuk menyusun strategi
melawan penjajah Belanda, masjid ini sudah masuk dalam daftar
cagarbudaya dan banyak di kunjungi orang untuk berziarah.
H. Kabupaten Tabalong
Obyek wisata dalam Kinarum Indah sangat menarik karena riak dan
hempasan air yang mengalir di sela-sela batu hampar yang luas. Batu ini
mempunyai legenda tersendiri sesuai dengan beda warnanya.
Dari alkisah masyarakat, batu tersebut jatuh ketika sedang di bawa
oleh seorang sakti yang bermaksud membendung Sungai Jaing guna mencari
sang Putri. Hingga sekarang lokasi Kinarum Indah sering dijadikan oleh
masyarakat sebagai tempat meminta hajat/doa keselamatan sesuai dengan
adat budaya masyarakat Dayak setempat. Lokasi obyek wisata ini terletak
di Desa Kinarum dan ditempuh dalam jarak 45 km dari ibukota Kabupaten
dan 6 km dari ibukota Kecamatan Upau.
Topografi wilayah di kawasan ini berbukit dan bergunung dengan
panorama alamnya yang cukup indah dikelilingi hutan yang lebat. Jarak
tempuh obyek wisata ini dari ibukota Propinsi 330 km dan dari ibukota
Kabupaten 85 km, dengan jalan aspal hotmix berada pada sisi lintas
jurusan Kota Banjarmasin dan Kota
Balikpapan.
I. Kabupaten Tanah Laut
Pantai Takisung
Pantai Takisung terletak di Kecamatan Takisung yaitu sebelah barat
wilayah Kabupaten Tanah Laut. Berjarak kurang lebih 22 km dari kota
Pelaihari atau kurang lebih 87 km dari ibu kota Kalimantan Selatan yaitu
Banjarmasin. Meskipun Pantai Takisung merupakan Laut Jawa, namun
ombaknya tidak besar seperti halnya pantai selatan pulau Jawa. Sehingga
aman untuk wisata maupun menjadi pemukiman. Sebagai objek wisata, Pantai
Takisung bisa digolongkan obyek wisata pantai yang mempesona dengan
pemandangan pantai yang dikelilingi oleh pohon-pohon kelapa dengan
pasirnya yang coklat seperti air lautnya (untuk identifikasi airnya,
yaitu dari hasil observasi didapatkan pH airnya 9 yang tergolong basa
dengan suhu 250C dan kecepatan aliran airnya sebesar 1927 rpm, sedangkan
tingkat kecerahan airnya sebesar 32 cm), ditemanin banyak pasar-pasar
yang menjual jajanan khas pantai, mulai dari ikan asin, hiasan kerang,
udang, ikan, sampai terumbu karang langsung dari nelayan. Ditambah lagi
Pemerintah Kabupaten Tanah Laut yang terus mempoles objek wisata ini
melalui pembangunan sejumlah fasilitas umum yang tak dimiliki objek
wisata pantai lainnya. Diantaranya, selter, panggung permanen, rumah
makan, dan penginapan. Wisata Indonesia Surga Dunia sumber
Pantai Swarangan
Pantai Swarangan terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong.
Aksesibilitas ke obyek tersebut dapat ditempuh melalui transportasi
darat dengan jarak tempuh ± 52 km dari ibukota Kabupayen Tanah Laut (
Pelaihari).
2. Pantai Batu Lima
Pantai Batu Lima terletak di Desa Kuala Tambangan Kecamatan Takisung,
dari ibukota Kabupaten Tanah Laut (Pelaihari) berjarak ± 35 km. sarana
yang tersedia di objek ini seperti : Play Ground, Shelter dan Cottage
yang berjumlah 18 buah.
3. Bukit Khayangan
Bukit Khayangan memiliki pesona yang memukau dengan pemandangan
perbukitan dan hamparan perkebunan Kelapa Sawit. Aksesibilitas darat
dapat ditempuh ± 55 km dari Kota Banjarmasin tepatnya sebelum kita
menuju/memasuki Kota Pelaihari tentunya melewati objek wisata tersebut.
Sarana yang tersedia saat ini berupa tempat ibadah (Mushola), dan jenis
wisata yang bisa dikembangkan berupa wisata MICE (Wisata Meeting and
Conference).
J. Kabupaten Tanah Bumbu
Kabupaten Tanah Bumbu mempunyai Pantai yang cukup panjang sekitar 200
km, dengan panorama yang indah. Masyarakat yang datang ke Kabupaten
Tanah Bumbu setelah melewati Kecamatan Sungai Loban menuju Pagatan akan
disambut dengan sejuknya udara laut. Ada tiga lokasi yang sementara ini
dijadikan sebagai obyek wisata pantai antara lain wisata Pantai Rindu
Alam, Pulau Salak dan Pulau Pagatan.
Obyek wisata alam lainnya adalah sebuah pulau yang terletak di selat
laut dan berbatasan dengan Kecamatan Pulau Laut Tengah Kabupaten
Kotabaru dengan luas wilayah sekitar 4500 m² dengan panjang sekitar 15
km terletak memisah.
Kita dapat mengelilingi pulau tersebut naik perahu motor sekitar 1
jam. Konon kabarnya pada tahun 1970 seseorang peneliti dari Amerika
pernah mengadakan penelitian dari hasil survey dan observasi terdapat
kandungan nikel dan batubara.
Di pulau ini terdapat sumber mata air tawar. Ini menjadi pendapatan
masyarakat yang bertempat tinggal disana dengan menjual air tawar ke
Batulicin jika musim kemarau. Produksi air bersih rata-rata 40 m³ per
hari, kendati kemarau sumber ini tidak pernah kering dengan kualitas air
yang jernih.
Di pulau ini juga ada 2 buah lubang yang kedalamannya sekitar 15 m
mengarah ke dalam dan apabila kita berjalan di atas lubang tersebut
terdengar bunyi dengungan yang memantulkan bahwa lubang tersebut besar.
Menarik untuk menjadi tantangan bagi pecinta alam, serta kita yang
ingin menikmati keindahan alam Pulau Sewangi dengan lebatnya hutan di
pulau ini, maka ini dikatakan sebagai paru-parunya kabupaten Tanah
Bumbu.
Di Kabupaten Tanah Bumbu juga terdapat Goa Sugung yang terjadi dari
proses alam terletak di km 44, jalan Kadeco Kecamatan Mentewe dengan
luas sekitar 12 ha, dan jarak dari ibukota dapat ditempuh kurang lebih
1,5 jam dengan kendaraan roda 4 dan roda 2.
Sebuah pemandangan yang jarang kita temui disini, kita dapat
merasakan kesejukan saat berada di dalam goa, pada hari libur tidak
jarang Goa Sugung menjadi pilihan bagi masyarakat sekitar untuk
berekreasi. Bagi pecinta goa tempat ini merupakan tantangan tersendiri
dan menjadi wahana atau objek penelitian.
K. Kabupaten Kotabaru
Belum lengkap kalu wisata ke Kabupaten Kotabaru kalau kita belum
mengunjungi pantai Gedambaan 14 km dari Kota Kotabaru dengan pemandangan
yang khas dan ditambah sarana pendukung seperti Cottage (penginapan),
Mushola, Kolam Pemancingan dan Warung Makan serta tempat duduk yang
banyak tersedia. Dengan sarana parkir yang luas akan memudahkan kita
untuk berpiknik di Pantai Gedambaan. Dan tidur di Cottage Pantai
Gedambaan.
Batu Jodoh terletak di Pantai Aru Kecamatan Pulau Laut Selatan
merupakan tempat yang dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat terkabul
segala ikrar sepasang kekasih. Perjanjian atau ikrar dilakukan dengan
duduk di atas kedua batu tersebut kemudian sepasang kekasih tersebut
saling berikrar dengan begitu mereka meyakini bahwa ikrar mereka
tersebut dapat terkabul. Keyakinan ini sudah dipercaya masyarakat secara
turun temurun sehingga banyak wisatawan yang melakukan ikrar di atas
batu tersebut sebagai pembuktian dari keyakinan masyarakat.
L. Kabupaten Barito Kuala
Pulau Kaget terletak sekitar 12 km ke arah hulu dari Sungai Barito
yang merupakan habitat dari hewan unik yaitu Monyet Besar Berhidung
Panjang atau oleh penduduk setempat disebut dengan Kera Belanda/Bekantan
karena hidungnya panjang, mukanya merah serta perutnya yang gendut.
Pulau Kembang dapat dicapai dengan menggunakan perahu motor selama 30
menit dari pusat Kota Banjarmasin. Di pulau ini terdapat sebuah Vihara
Cina yang sudah sangat tua dan banyak dikunjungi keluarga Cina untuk
beribadah. Umumnya para pengunjung datang pada hari Minggu dan Vihara
ini dijaga oleh sekumpulan kera berekor panjang yang banyak mendapatkan
makanan dari pengunjung seperti kacang, pisang dan telur.
Kabupaten Marabahan adalah sebuah kota kecil yang terletak sekitar 65
km dari Kota Banjarmasin ke Hulu Sungai Barito. Di kota ini wisatawan
dapat melihat rumah-rumah tua bergaya tradisional Banjar yang terbuat
dari kayu di pinggir sungai dengan suasana kehidupan masyarakat
disekitar sungai. Dari Marabahan anda dapat menyewa perahu motor ke
Margasari yaitu sebuah desa yang menghasilkan aneka barang kerajinan
tangan terbuat dari rotan dan bambu seperti Tas, Bakul, Kipas Tangan dan
Topi. (sumb:Pemprop Kalsel).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar